Berita

Superior Porcelain Sukses (SPS) Bangun Pabrik Granit di Subang

Industri Keramik
27 Oct 2022 08:42:36

Penulis : Administrator

Sumber : kontan.co.id

JAKARTA. PT Superior Porcelain Sukses (SPS) membangun pabrik produksi Granit di Kabupaten Subang, Jawa Barat, dengan kapasitas 14 juta meter persegi per tahun.

Pabrik yang berlokasi di Kadawung, Paburan, Subang itu memiliki luas bangunan 81.000 meter persegi. Pabrik ini dibangun di atas tanah 22 hekatare dan ditargetkan   bakal beroperasi pada semester II-2024.


Granite tile yang diproduksi Superior Porcelain Sukses merupakan produk kedua SPS Corporate di bidang building material. Sebelumnya SPS Corporated telah menjalankan industri bata ringan. 


“Granit yang diproduksi perusahaan berjenis homogeneous tiles dan porcelain tiles. Masing-masing kapasitas produksinya 7 juta meter persegi per tahunnya,” ujar Hendra Widodo, Direktur Produksi PT Superior Porcelain Sukses dalam keterangan resmi, Sabtu (22/7). 

Dengan demikian, perusahaan ini akan memiliki total produksi produk dalam setahun mencapai 14 juta meter persegi. 

Lebih lanjut, Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) menyambut baik pembangunan pabrik granit PT SPS.

Ketua Bidang Keramik dan Ubin Asaki, Andrea Petrina menambahkan pembangunan pabrik granit PT SPS itu bisa membawa multiplier effect terhadap perekonomian Indonesia.

“Investasi ini juga bagian dari komitmen industri keramik nasional terhadap dukungan pemerintah yang telah memberikan harga gas khusus,” sebut dia. 


Di samping itu, Andrea melihat kehadiran pabrik granit SPS di Subang sekaligus akan menjawab tantangan gempuran produk impor, terutama dari Tiongkok.

Sejak beberapa tahun terakhir, dengan tingginya angka kebutuhan granit, barang-barang Tiongkok memang membanjiri pasar lokal. Meskipun pemerintah tengah menerapkan safeguard sejak 2018.

Data Asaki menunjukkan, kapasitas produksi keramik nasional mencapai 550 juta meter persegi per tahun. Dari jumlah itu, 140-150 juta meter persegi merupakan keramik jenis B1A atau granit. Namun faktanya hanya bisa berjalan sekitar 50%.

“Gempuran produk impor dari Tiongkok juga diindikasikan karena terjadi unfair trade. Seperti salah satunya tax subsidi 14%, praktik indikasi dumping, serta pengurangan ketebalan keramik,” tutupnya.